Oleh: Thamrin Bachri, Pakar Kepariwisataan, Dirjen Pemasaran dan Kerjasama Luar Negeri
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2002 – 2008 dan Staf Ahli Menteri 2009. Alumni
Hospitality& Tourism Program University of Wisconsin, USA.
Teranew.id,Mencermati debat Calon Gubernur Jambi yang berlangsung pada 27 Februari 2024 di Auditorium
Hotel Abadi, saya sebagai seorang yang mendalami bidang pariwisata merasa tertarik dan optimis
melihat perhatian yang diberikan oleh Cagub Petahana H. Al Haris terhadap sektor ini. Dalam
paparan visi dan misinya, Al Haris secara khusus menempatkan pariwisata sebagai salah satu
prioritas pembangunan daerah. Hal ini sangat tepat, mengingat potensi pariwisata Jambi yang begitu
besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan memperkenalkan
kekayaan budaya serta keindahan alam Jambi kepada khalayak luas. Jika visi ini diwujudkan,
pariwisata di Jambi akan semakin berkembang, membawa dampak positif yang signifikan bagi
kesejahteraan masyarakat dan daya saing daerah
Jambi, dengan pesona alam dan budayanya, menyimpan banyak potensi yang dapat menarik
wisatawan domestik maupun internasional. Sebut saja beberapa yang paling fenomenal adalah
Candi Muaro Jambi dan Geopark Merangin yang sudah mendapat sertifikat global geopark dari
UNESCO. Serta Bumi Sakti alam kerinci, yang memili pesona alam kelas international seperti Danau
Gunung Tujuh, danau tertinggi di Asia Tenggara dan Taman Nasional Kerinci Seblat yang menyimpan
kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, sektor perhotelan di Jambi mengalami tantangan dari sisi
tingkat hunian. Pada April 2024, rata-rata tingkat hunian hotel berbintang di Jambi menurun menjadi
48,3%, lebih rendah dari Mei 2023 yang mencapai 56,33%. Meskipun terdapat penurunan 8,02%,
Jambi masih berada sedikit di atas rata-rata tingkat hunian nasional, yaitu sebesar 47,14%.
Sementara itu, rata-rata lama menginap tamu hotel di Jambi masih relatif singkat, sekitar 1,47 hari
atau kurang dari dua malam, dengan total tamu mencapai 191.400 orang hingga April 2024. Angka
ini menunjukkan perlunya strategi untuk menarik wisatawan agar mau menghabiskan lebih banyak
waktu dan mengeksplorasi daya tarik wisata Jambi secara lebih mendalam.
Tren Pariwisata Nusantara dan Potensi Wisatawan di Jambi
Tren pariwisata di Indonesia menunjukkan perubahan signifikan. Wisatawan domestik dari kalangan
milenial (usia 25-44 tahun) mendominasi perjalanan domestik, menyumbang hampir 70% dari total
wisatawan. Kalangan milenial ini umumnya memiliki pendapatan yang stabil dan pengalaman
berwisata yang lebih beragam, sehingga berpotensi menjadi target utama bagi sektor akomodasi di
Jambi.
Selain itu, terdapat peningkatan jumlah wisatawan perempuan, yang kini mencapai 35,5% dari total
wisatawan domestik. Faktor seperti perbaikan transportasi dan peningkatan keamanan, serta peran
perempuan di tempat kerja, telah mendorong lebih banyak perempuan untuk melakukan perjalanan
wisata. Generasi Z, yang berusia di bawah 25 tahun, juga memiliki kontribusi signifikan, meski
mereka dikenal sebagai kelompok yang sensitif terhadap harga.
Mayoritas wisatawan domestik terdiri dari pekerja (30,9%), profesional (16,8%), dan pegawai negeri
(16,3%). Data ini menunjukkan bahwa pelaku perjalanan wisata di Indonesia didominasi oleh mereka.
Menuju Pariwisata sebagai Penggerak Ekonomi Jambi
Oleh: Thamrin Bachri, Pakar Kepariwisataan, Dirjen Pemasaran dan Kerjasama Luar Negeri
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2002 – 2008 dan Staf Ahli Menteri 2009. Alumni
Hospitality& Tourism Program University of Wisconsin, USA.
Mencermati debat Calon Gubernur Jambi yang berlangsung pada 27 Februari 2024 di Auditorium
Hotel Abadi, saya sebagai seorang yang mendalami bidang pariwisata merasa tertarik dan optimis
melihat perhatian yang diberikan oleh Cagub Petahana H. Al Haris terhadap sektor ini. Dalam
paparan visi dan misinya, Al Haris secara khusus menempatkan pariwisata sebagai salah satu
prioritas pembangunan daerah. Hal ini sangat tepat, mengingat potensi pariwisata Jambi yang begitu
besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan memperkenalkan
kekayaan budaya serta keindahan alam Jambi kepada khalayak luas. Jika visi ini diwujudkan,
pariwisata di Jambi akan semakin berkembang, membawa dampak positif yang signifikan bagi
kesejahteraan masyarakat dan daya saing daerah
Jambi, dengan pesona alam dan budayanya, menyimpan banyak potensi yang dapat menarik
wisatawan domestik maupun internasional. Sebut saja beberapa yang paling fenomenal adalah
Candi Muaro Jambi dan Geopark Merangin yang sudah mendapat sertifikat global geopark dari
UNESCO. Serta Bumi Sakti alam kerinci, yang memili pesona alam kelas international seperti Danau
Gunung Tujuh, danau tertinggi di Asia Tenggara dan Taman Nasional Kerinci Seblat yang menyimpan
kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, sektor perhotelan di Jambi mengalami tantangan dari sisi
tingkat hunian. Pada April 2024, rata-rata tingkat hunian hotel berbintang di Jambi menurun menjadi
48,3%, lebih rendah dari Mei 2023 yang mencapai 56,33%. Meskipun terdapat penurunan 8,02%,
Jambi masih berada sedikit di atas rata-rata tingkat hunian nasional, yaitu sebesar 47,14%.
Sementara itu, rata-rata lama menginap tamu hotel di Jambi masih relatif singkat, sekitar 1,47 hari
atau kurang dari dua malam, dengan total tamu mencapai 191.400 orang hingga April 2024. Angka
ini menunjukkan perlunya strategi untuk menarik wisatawan agar mau menghabiskan lebih banyak
waktu dan mengeksplorasi daya tarik wisata Jambi secara lebih mendalam.
Tren Pariwisata Nusantara dan Potensi Wisatawan di Jambi
Tren pariwisata di Indonesia menunjukkan perubahan signifikan. Wisatawan domestik dari kalangan
milenial (usia 25-44 tahun) mendominasi perjalanan domestik, menyumbang hampir 70% dari total
wisatawan. Kalangan milenial ini umumnya memiliki pendapatan yang stabil dan pengalaman
berwisata yang lebih beragam, sehingga berpotensi menjadi target utama bagi sektor akomodasi di
Jambi.
Selain itu, terdapat peningkatan jumlah wisatawan perempuan, yang kini mencapai 35,5% dari total
wisatawan domestik. Faktor seperti perbaikan transportasi dan peningkatan keamanan, serta peran
perempuan di tempat kerja, telah mendorong lebih banyak perempuan untuk melakukan perjalanan
wisata. Generasi Z, yang berusia di bawah 25 tahun, juga memiliki kontribusi signifikan, meski
mereka dikenal sebagai kelompok yang sensitif terhadap harga.
Mayoritas wisatawan domestik terdiri dari pekerja (30,9%), profesional (16,8%), dan pegawai negeri
(16,3%). Data ini menunjukkan bahwa pelaku perjalanan wisata di Indonesia didominasi oleh mereka